Langsung ke konten utama

ILMU KOMUNIKASI (Sebuah Ringkasan)

BAB I

FUNGSI KOMUNIKASI

Wiiliam I. Gorden mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:

1.   Sebagai komunikasi sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, ..., negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.

·      Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai; anda berpikir anda cerdas bila orang-orang sekitar anda menganggap anda cerdas; anda merasa tampan atau cantik bila orang-orang sekitar anda juga mengatakan demikian. Selain itu, terdapat apa yang disebut dengan reference group (kelompok rujukan) yaitu kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Dengan melihat ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Kalau anda memilih kelompok rujukan anda Ikatan Dokter Indonesia, anda menjadikan norma-norma dalam Ikatan ini sebagai ukuran perilaku anda. Anda juga meras diri sebagai bagian dari kelompok ini, lengkap dengan sifat-sifat doketer menurut persepsi anda.

·      Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya dalam sebuah seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering berbicara panjang lebarm mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang terkadang tidak relevan.

·      Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memnuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. 

Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Abraham Moslow menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebuthan yang lebih tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu kebuthan fisiologis dan keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin memenuhi kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga dan keempat khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh rasa lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan. Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan.

2.   Sebagai komunikasi ekspresif

Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa kampus dengan melakukan demontrasi.

3.   Sebagai komunikasi ritual

Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau agama mereka.

4.   Sebagai komunikasi instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunika membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.

Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan.


BAB II

HAKIKAT, DEFENISI, DAN KONTEKS KOMUNIKASI

Komunikasi adalah topik yang amat sering diperbincangkan, bukan hanya dikalangan ilmuwan komunikasi, melainkan juga dikalangan awam, sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki terlalu banyak arti yang berlainan.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti ”sama,”communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. “Kita mendiskusikan makna,” dan “Kita mengirimkan pesan.”
Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Tanpa komunikasi tidak akan ada komunitas. Komunitas bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu. Oleh karena itu, komunitas juga berbagi bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama, dan bahasa, dan masing-masing bentuk tersebut mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap, perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah komunitas tersebut.
Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik,” atau terlalu luas, misalnya ”Komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih,” sehingga para peserta komunikasi ini mungkin termasuk hewan, tanaman, dan bahkan jin.

Komunikasi adalah komunikasi manusia yang dalam bahasa Inggrisnya adalah human communication.

a.   Komunikasi Hewan

Manusia berbagi sejumlah tanda dengan hewan: Banyak refleks sederhana, beberapa bentuk ritual dan beberapa artefak atau invensi yang kompleks. Misalnya, seorang wanita menunjukkan wajah merah karena malu dan mengenakan busana dengan gaya mutakhir, tetapi hewan dan burung pun menampilkan guratan-guratan berwarna.

Komunikasi hewan dan komunikasi manusia merupakan bidang studi yang menarik, kita harus hati-hati membandingkan komunikasi kedua jenis makhluk tersebut. Misalnya, kita sering mengasosiasikan anjing yang ramah dengan mulutnya yang terbuka (tersenyum) dan menganggap kibasan ekornya sebagai isyarat keramahan; kenyataannya anjing mungkin mengibaskan ekornya dan memperlihatkan giginya sebelum ia menyerang atau menggigit hewan lain atau manusia.

Dalam komunikasi antar anjing, misalnya perilaku seekor anjing menjadi stimulus bagi anjing lainnya untuk memberikan respons. Anjing merespons satu sama lainnya dengan menggonggong, menggeram, menyerang, dan sebagainya. Pertukaran isyarat ini bersifat instinktif dan tidak reflektif, tanpa menyadari dan memastikan bukan hanya makna, motif dan maksud isyarat sendiri. Dalam ungkapan Kenneth Boulding, seekor anjing tidak punya kesadaran bahwa terdapat anjing-anjing lain di bumi sebelum ia lahir dan akan terdapat anjing-anjing lain setelah ia mati.

Manusia mempunyai kemampuan tersebut, dan simbolisasi adalah sarana yang tersedia untuk untuk melakukan tugas tersebut. Simbolisasi adalah alat dan senjata manusia yang paling berharga, berguna dan berbahaya bagi dirinya dan orang lain. Beberapa jenis hewan seperti: singa, gajah, monyet, kuda, anjing, burung, anjing laut, lumba-lumba dan ikan paus, dapat bekerjasama dengan manusia untuk menampilkan atraksi yang menghibur, seperti dalam pertunjukkan sirkus, pertunjukkan keliling kuda ronggeng,doger monyet, dan sebagainya, berdasarkan prinsip belajar ”pelaziman operan” (operant conditioning) yang dirintis B.F. skinner.
Rayap, seperti semut dan lebah, adalah serangga sosial yang hidup dalam koloni. Mereka bekerja sama, melakukan tugas khusus untuk kepentingan koloni tersebut. Kebiasaan berkoloni ini menghasilkan berbagai jenis individu rayap atau kelompok rayap yang secara struktural layak melaksanakan berbagai tugas dalam kehidupan koloni: tentara untuk bertahan, raja dan ratu untuk menghasilkan keturunan; dan biasanya kelompok pekerja untuk mengumpulkan makanan, merawat raja dan ratu, tentara dan rayap muda, dan untuk membangun sarang, liang, lubang keluar, terowongan, menara, dan lorong penjelajahan.

Tanda bahaya juga dikomunikasikan ke seluruh koloni lewat dengungan rayap tentara, yang secara lemah ditiru oleh anggota-anggota lainnya. Kita juga melihat, semut-semut berkomunikasi dengan bersentuhan (konon bertukar ludah melalui mulut mereka) ketika mereka ketemu. Tarian lebah tampaknya juga mengisyaratkan bukan hanya letak atau arah makanan, namun juga perkiraan jarak makanan yang telah ditemukan.
Apa kemiripan antara komunikasi ayam dengan komunikasi manusia ? Menurut De Fleur urutan pematukan, dan tindakan mematuk itu sendiri merupakan contoh klasik bentuk komunikasi, yakni komunikasi yang menggunakan tanda alamiah (natural sign). Begitu suatu porsi awal dari suatu tindakan atau serangkaian tindakan mampu membangkitkan respons internal yang sama yang sebelumnya juga dibangkitkan oleh seluruh tindakan atau serangkaian tindakan, tanda itu menjadi suatu isyarat (gesture).

Menurut De Fleur, tindakan komunikatif di antara hewan yang diperoleh lewat belajar ini dilandasi penggunaan tanda alamiah. Penelitian Asep S. Adhikerana, seorang dosen IPB, untuk disertasi doktornya di Jurusan Ekologi Perilaku Burung, University of St. Andrew, Inggris, mengungkapkan bahwa maksud atau perasaan tertentu seekor burung dapat diekspresikan dengan suara tertentu. Dari sekian banyak jenis burung, Beo adalah burung yang dapat dilatih meniru suara manusia: kata, frase atau kalimat tertentu.

Dengan asumsi bahwa gonggongan anjing tertentu mengisyaratkan maksud tertentu, salah satu perusahaan mainan terbesar di Jepang, Takara Co Ltd., memproduksi alat bernama bowlingual sejak September 2002, yang dapat menterjemahkan gonggongan 50 jenis anjing, dari Chihuahua hingga Gembala Jerman. Alat ini laku sekali, karena memungkinkan masyarakat Jepang memahami keinginan anjing kesayangan mereka, seperti: ”Aku ingin main,” Aku lapar berat,” atau ”Awas lho ya.” Sejak tahun 1950-an ketika simpanse bayi bernama Vicki diadopsi oleh suatu keluarga manusia, sejumlah simpanse telah diberi pelajaran bahasa. Empat siswa paling terkenal adalah Washoe dan Nim Chimsky (yang diajari bahasa tanda Amerika);Sarah (yang diajari memanipulasi tanda plastik bermagnit); dan Lana (simpanse yang dilatih komputer).

b.   Keragaman dan Kontroversi Defenisi Komunikasi

Apakah komunikasi itu suatu tindakan sesaat, suatu peristiwa, atau suatu proses yang terus berkesinambungan? Tidak ada suatu defenisi pun yang dapat menggambarkan fenomena ini secara utuh? Apakah komunikasi berlangsung hanya bila kita menyengajanya? Dapatkah komunikasi berlangsung tanpa disengaja? Lalu, apakah kesengajaan itu? Seringkali suatu defenisi komunikasi berbeda atau bahkan bertentangan dengan defenisi lainnya. Tahun 1976 saja Fank Dance dan Carl Larson telah mengumpulkan 126 defenisi komunikasi yang berlainan.

Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mandasari defenisi-defenisi komunikasi. Dimensi pertama adalah tingkat observasi (level of observation), atau derajat keabtrakannya. Misalnya defenisi kemunikasi sebagai ”proses yang menghubungkan satu sama lain bagian-bagian terpisah dunia kehidupan” adalah terlalu umum, sementara komunikasi sebagai ”alat untuk mengirim pesan militer, perintah dan sebagainya lewat telepon, telegraf, radio, kurir, dan sebagainya” terlalu sempit.

Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Sebagian defenisi mencakup hanya pengiriman dan penerimaan pesan yang disengaja; sedangkan sebagian defenisi lainnya tidak menuntut syarat ini. Contoh defenisi yang mensyaratkan kesengajaan ini dikemukakan Gerald R. Miller, yakni komunikasi sebagai ”situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.” Sedangkan defenisi komunikasi yang mengabaikan kesengajaan adalah defenisi yang dinyatakan Alex Gode, yakni ”suatu proses yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang.”
Dimensi ketiga adalah penilaian normatif. Sebagian defenisi, meskipun secara implisit, menyertakan keberhasilan atau kecermatan; sebagian lainnya tidak seperti itu. Defenisi komunikasi dari John B. Hoben, misalnya mengasumsikan bahwa komunikasi itu (harus) berhasil: ”Komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau gagasan.” Asumsi dibalik defenisi tersebut adalah bahwa suatu pikiran atau gagasan secara berhasil dipertukarkan. Sebagian defenisi lainnya tidak otomatis mensyaratkan keberhasilan ini.
Seperti dikemukakan Littlejohn, perdebatan mengenai defenisi komunikasi pada awal tahun 1950-an di antara beberapa teoretikus komunikasi, telah menyarankan beberapa kemungkinan untuk mendefenisikan komunikasi.
Anda boleh jadi berkata, ”Saya lelah,” kepada seorang kawan, dan kawan anda kemudian menyadari bahwa anda tampak lelah, meskipun ia tidak memperhatikan hal itu tadi. Lajur ketiga adalah perhatian penuh atau sadar kepada perilaku sumber.

Jadi meminjam pandangan Littlejohn, sekarang kita mempunyai sembilan jenis perilaku yang mungkin dianggap komunikasi.

1A. Perilaku simtomatik yang tidak dipersepsi- Anda menguap, namun tidak seorang pun melihat hal itu. (Kebanyakan orang setuju itu bukan komunikasi. Sekurang-kurangnya, hal itu bukan komunikasi antarpribadi, namun sebagian orang mungkin menyebutnya komunikasi intrapribadi).

1B. Simtom yang dipersepsi secara insidental- Anda menguap, namun kawan anda menyadari kemudian bahwa anda lelah meskipun ia tidak memperhatikannya tadi.

1C.Simtom yang diperhatikan- Anda menguap, dan kawan anda berkata,”Apakah saya begitu membosankan?”

2A.Pesan nonverbal yang tidak diterima-Anda melambaikan tangan, namun ia tidak melihat anda.

2B.Pesan nonverbal insidental-Kawan anda kemudian berkata,”Ma’afkan saya tidak membalas lambaian tangan anda, tetapi saya sedang memikirkan hal lain dan tidak menyadari bahwa anda melambaikan tangan sampai saya berbelok.”

2C.Pesan nonverbal yang diperhatikan-Anda melambaikan tangan kepada seorang kawan, dan ia membalas lambaian tangan anda.

3A.Pesan verbal yang tidak diterima- Anda mengirimkan sepucuk surat kepada seorang kawan, namun surat itu hilang dalam perjalanan.

3B.Pesan verbal insidental- Anda mengoceh kepada putri anda karena kamarnya berantakan, dan meskipun ia tahu anda sedang berbicara kepadanya, ia tidak begitu memperhatikan anda.

3C.Pesan verbal yang diperhatikan- Anda menyampaikan pidato kepada sekelompok orang yang senang mendengarkan apa yang anda katakan.
Banyak defenisi komunikasi bersifat khas, mencerminkan paradigma atau perspektif yang digunakan ahli-ahli komunikasi tersebut dalam mendekati fenomena komunikasi. Paradigma ilmiah (objektif, mekanistik, positivistik) yang penelaahannya berorientasi pada efek komunikasi tampak dominan, mengasumsikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab akibat, yang mencerminkan pengirim pesan atau yang biasa disebut komunikator/sumber/pengirim/enkoder (yang aktif) untuk mengubah pengetahuan, sikap atau perilaku komunikate/penerima pesan/ sasaran/ khalayak/ dekoder (atau yang dalam wacana komunikasi di Indonesia sering disebut komunikan) yang pasif.

Kontras dengan defenisi-defenisi dan model-model komunikasi bersifat linier atau mekanistik, dalam pendekatan terhadap komunikasi yang transaksional atau lebih humanistik, defenisi-defenisi dan model-model komunikasinya pun berbeda. Bila dalam pendekatan saintifik orang-orang yang telibat dalam komunikasi dikategorikan sebagai pengirim pesan (sumber, komunikator) dan penerima pesan (sasaran, komunikate), dalam pendekatan yang lebih humanistik, mereka disebut peserta-peserta komunikasi (communication participants) atau keduanya disebut komunikator (communicator) atau istilah-istilah lain yang setara, misalnya dalam karya Donald Byker dan Loren J. Anderson, Saundra Hybels dan Richard L. Weaver II, Cassandra L. Book, William Gudykunst dan Young Yun Kim, dan Stewart l. Tubbs dan Sylvia Mess. Beberapa ahli menggunakan istilah komunikan (communicant) untuk merujuk pada pihak-pihak yang berkomunikasi atau peserta komunikasi, jadi identik dengan komunikator, bukan sebagai penerima pesan. Dalam Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary, salah satu arti communicant adalah one that communicates (seseorang yang berkomunikasi).

Tubbs dan Moss mendefenisikan komunikasi sebagai ‘proses penciptaan makna antara dua orang (komunikator I dan komunikator 2) atau lebih,” sedangkan Gudykunst dan Kim mendefenisikan komunikasi (antarbudaya) sebagai “proses transaksional, sombolik yang melibatkan pemberian makna antara orang-orang (dari budaya yang berbeda).” Dalam mempelajari komunikasi antarbudaya khususnya, kita lebih baik mendekatinya secara humanistic, tanpa harus mempertentangkannya dengan pendekatan mekanistik. Kita harus menerapkan asas perbedaan ketimbang asas persamaan. Apa yang kita anggap baik, sopan, indah, atau etis dalam budaya kita, belum tentu berarti demikian dalam budaya lain.

Jadi bukan tanpa alasan bila Gudykunst dan Kim menggunakan istilah Orang A (Person A) dan Orang B (Person B) dalam model komunikasi antarbudaya, mencerminkan dua posisi yang setara dan sama-sama aktif (komunikasi sebagai transaksi), ketimbang dua posisi yang berbeda:satu aktif dan lainnya pasif.

Suatu defenisi yang cermat, misalnya, dikemukakan oleh Pace dan Faules, yang selaras dengan defenisi Tubbs dan Moss tadi. Menurut mereka, terdapat dua bentuk umum tindakan yang dilakukan orang yang terlibat dalam komunikasi, yaitu penciptaan pesan dan penafsiran pesan.

c.    Tiga Konseptualisasi Komunikasi

Sebagaimna dikemukakan John R.Wenburg dan William W.Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, setidaknya ada tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yaitu:

1.      Komunikasi Sebagai Tindakan Satu Arah

Suatu pemahaman populer mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searahdari seseorang (atau suatu lembaga)kepada seseorang (sekelompok orang)lainnya, baik secara langsung (tatap-muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar,majalah,radio,atau televisi. Pemahamankomunikasi sebagai prosessearah ini oleh Michael Burgoon disebut “definisi beroreintasi-sumber” (source-oriented definition). Definisi ini mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara senagaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain.Dalam konteks ini, komunikasi dianggap tindakan yang disengaja (intentional act) untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesutau kepada orang lain atau membujuknya untuk melakukan sesuatu. Pendek kata, konseptualisasi sebagai tindakan satu-arah menyoroti penyampaian pesan yang efektif dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat insrumental dan persuasif.Beberapa definisi yang sesuai dangan konsep ini adalah sebagai berikut:

Bernard Berelson dan gary Stiener:

“Komunikasi:Transmisi informasi, gagsan, emosi, keterampilan, dan sebagainya,dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur,grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang disebut komunikasi.”

Theodoro M. Newcomb:

“Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sunber kepada penerima.”

Carl I. Hovland:

“Lomunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) ntuk mengubah prilaku orang lain (komunikate).”

Everret M. Rogers:

“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihakan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”

Raymond S. Ross:

“Komunikasi (intensional)adalah suatu proses menyortir,memilih ,dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.”

Mary B. Cassata dan Molefi K. Asate:

(Komunikasi adalah) transmisi informasi dengan tujuan mempengaruhi khlayak.”

Harold Lasswel:

“(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah denagn menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut) Who Says What In Which Chanel To Whom With What Effeck?” Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?

Berdasarkan definisi Lasswel ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain yaitu:

·     Pertama, sumber(source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator.Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok,organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara. Kebutuhannya bervariasi ,mulai dari sekadar mengucapkan “selamat pagi” untuk memmelihara hubungan yang sudah dibangun, menyampaikan informasi, menghibur, hingga kebutuhan untuk mengubah ideologi, keyakinan agama dan prilaku pihak lain.Untuk menyampaikan apa yang ada dalam ahatinya (perasaan) atau dalam kepalanya (pikiran), sumber harus mengubah perasaan atau pikiran tersebut kedalam seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang idealnya dipahami oleh penerima pesan. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding).

·      Kedua, pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagsan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen: Makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bebtuk organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan, dan perasan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah) ataupun tulisan (surat, esai,novel, puisi,famflet ). Pesan juga dapat dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggokan kepala, senyuman, tatapan mata, dan sebagainya), juga melalui musik, lukisan, patung, tarian,dan sebagainya.

·    Ketiga, saluran atau media,ykni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonvebal. Saluran juga merajuk pada cara penyajian pesan: apakah langsung (tatap-muka) atau lewat media cetak (surat kabar, majalah) atau media elektronik (radio, telivisi).

·      Keempat, penerima (reciever),sering juga disebut sasaran / tujuan (distination) , komunikate (communicatee), penyandi-balik (decoder) atau khalayak (audience),pendengar (listener), penapsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu,rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaanya,penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol vebal dan atau non verbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami.Proses ini disebut penyandian-balik (decoding).

·      Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju),perubahan keyakina, perubahan prilaku (dari tidak bersedia membeli barang yang ditawarakan menjadi bersedia membelinya, atau dari tidak bersedia memilih partai politik tertentu menjadi bersdia memilihnya dalam pemilu,dan sebagainya.

Unsur-unsur lain yang sering ditambahkan adalah, umpan balik (feed back), gangguan / kendala komunikasi (noise / barriers), dan atau konteks atau situasi komunikasi.

2.      Komunikasi sebagai interaksi

Dalam arti sempit interaksi berrati saling mempengaruhi (mutual influence). Dengan kata-kata Rosengren,beberapa proses A (termasuk prilaku) bebrubah sebagai hasil beberapa B (termasuk prilaku), dan sebaliknya, dalam setidaknya satu dan lebih dari satu putaran penuh. Sebenarnya seperti dikatakan Rosengren, inilah cara tumbuhan berinteraksi dengan tumbuhan, tumbuhan dangan hewan, dan hewan dengan hewan. Komunikasi manusia tentu tidak sepasif itu, karena manusia memeliki kesadaran.

Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala,kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Pokonya masing-masing dari kedua pihak berfungsi secara berbeda,bila yang satu sebagai pengirim, maka yang satunya lagi sebagai penerima. Begitu pula sebaliknya.
Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis dari pada komunikasi sebagai tindakan satu – arah. Namun pandangan kedua ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima pesan,karean itu masih tetap beroreintasi sumber, meskipun kedua peran tersebut dianggap bergantian.Jadi, pada dasarnya proses interaksi yang berlangsung juga masih bersifat mekanis dan statis.

Salah satu unsur yang dapat ditambahakandalam konseptualisasi kedua ini adalah umpan balik (feed back), yakni apa yang disampaikan oleh penerima pesan kepada sumber pesan, yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas yang ia sampaikan sebelumnya: apakah dapat mengerti , dapat diterima, mengahadapi kendala dan sebagainya, sehingga berdasarkan umpan balik itu, sumber dapat mengubah pesan selanjudnya agar sesuai dengan tujuannya. Tidak semua respons penerima adalah umapan balik.suatu pesan disebut umpan balik bila hal itu merupakan respons terhadap pesan pengirim dan bila mempengaruhi perilaku selanjudnya pengirim.

3.      Komunikasi sebagai transaksi

Semakin banyak orang yang berkomunikasi,emakin rumit transaksi komunikasi yang terjadi. Dalam konteks ini komunikasi adalah proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Komunikasi sebagai transaksi bersifat intersubjektif, yang dalam bahasa Rosengron disebut komunikasi penuh manusia. Penafsiran anda ats perilaku verbal dan nonverbal orang alin yang anda kemukakan kepadanya juga mengubah penafsiran orang lain tersebut atas pesan-pesan Anda, dan pada gilirannya, mengubah penafsiran Anda atas pesan-pesan, begitu seterusnya.Menggunakan pandangan ini,tampak bahwa komunikasi bersifat dinamis.Pandangan inilah yang disebut komunikasi sebagai transaksi, yang lebih sesuai untuk kominikasi tatap-muka yang memungkin pesan atau respon verbal dan nonverbal bisa diketahui secara langsung.
Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respon yang dapat diamati. Artinya, komunikasi terjadi apakah para pelakunya menyengajanya atau tidak, dan bahkan meskipun menghasiljkan respon yang tidak dapat diamati.

Dalam kominikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan prilaku orang lain, baik prilaku verbal ataupun prilaku nonverbal. Pemahaman ini mirip dengan “definisi berorientasi-penerima” (reciever-oriented definition) seperti yang dikemukakan Burgoon, yang menekankan variabel-variabel yang berbeda, yakni penerima dan makna pesan bagi penerima, hanya saja penerimaan pesan itu juga berlangsung dua–arah, bukan satu–arah. Dalam komunikasi transaksional ini juga,pengamatan atas aspek tertentu saja, misalnya pesan verbal saja atau pesan nonverbal saja, tidak menunjukkan gambaran komunikasi yang utuh. Istilah transaksi mengisyaratkan bahwa pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam keadaan interdepedensi atau timbal balik, eksitensi atau pihak ditetukan oleh eksistensi pihak lainnya.

Beberapa definisi yang sesuai dengan pemahaman ini adalah,antara lain:

John R. Wenburg dan William W. Wilmot: “Komunikasi adalah usaha untuk memperoleh makna.”

Donald Byker dan Loren J. Anderson:“Komunikasi (manusia) adalah berbagi informasi anatara dua orang atau lebih.

Willam I. Gorden: “Komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.”

Judy C.Pearson dan Paul E. Nelson: “Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna.”

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss: “Komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.”

Diana K. Lvy dan Phil Backlund: “Komunikasi adalah proses yang terus berlangsungdan dinamis menerima dan mengirim pesan dengan tujuan berbagi makna.”

Karl Erik Rosengron: “Komunikasi adalah interkasi subjektif purposif melalui bahasa yang berartikulasi ganda berdasarkan simbol-simbol.

Para pakar tesebut mendefinisikan komunikasi sebagai proses karena komunikasi merupakan kegiatan yang ditandai dengan tindakan, perubahan, pertukaran, dan perpindahan.



d.   Konteks-Konteks Komunikasi

Secara luas konteks disini berarti semua faktor diluar orang-orang yang yang berkomunikasi,yang terdiri dari: Pertama, aspek bersifat fisik seperti iklim, cuaca.suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan. Kedua, aspek fisikologis, seperti: Sikap, kecendrunagn, prangsangka, dan emosi para peserta komunikasi. Ketiga,aspek sosial, seperti: Norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya. Dan keempat, aspek waktu, yakni kapan berkomunikasi (hari apa,jam berapa, pagi, siang, sore, malam).

Selain istilsh konteks (context) yang lazim, juga digunakan istilah tingkat (level), bentuk (type), situasi (situation), keadaan (setting), arena,jenis (kind), cara (mode), pertemuan, (ecounter) dan kategori. Menurut Verderber misalnya, konteks komunikasi terdiri dari: konteks fisik, knteks sosial,konteks hostoris, konteks fisikologis, dan konteks kultural.
Kategorisasi berdasarkan tingkat (level) paling lazim digunakan untuk melihat konteks komunikasi, dimulai dari komunikasi yang melibatkan jumlah peserta komunikasi paling sedikit hingga komunikasi yang melibatkan jumlah peserta paling banyak.Terdapat empat tingkat komuniksi yang dsepakati banyak pakar, yaitu: Komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa.
Beberapa pakar lain menambahkan komunikasi intrapribadi, komunkasi diadik (komunikasi dua orang) dan komunikasi publik (pidato didepan kalayak).

a)     Komunikasi Intrapribadi.

Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)adalah komunikasi dengan diri-sendiri. Contonya berfikir. Dengan kata lain, komunikasi intrapribadi ini melekat pada komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri-sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi dengan diri-sendiri.

b)     Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi (Interpersonal Commucation) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap setiap peserta orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-istri, dua jerawat , dua sahabat dekat, guru-murid, dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah: pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat , pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal.

c)      Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya saling bergantungan), mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka dalah sebagian ari kelompok tersebut, meskipun setiap anggota boleh jadi punya peran berbeda. Kelompok ini misalnya adalah keluarga,tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu kelompok yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.

d)     Komunikasi Publik

Komunikasi publik (public communicstion) adalah komunikasi antara seseorang pembicara denagn sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa dekenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah, atau kuliah (umum).

Komunikasi publik biasnya berlangsung lebih vormal dan lebih sulit daripada komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang. Ciri-ciri komunikasi publik adalah: terjadi ditempat umum (publik), misalnya di auditorium, kelas, tempat ibadah (masjid,gereja) atau tempat lainnya yang dihadiri sejumlah besar orang, merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan alih-alih peristiwa relatif informal yang tidak terstruktur, terdapat agenda, beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus, seperti memperkenalkan pembicara,dan sebagainya, acara-acara lain mungkin direncanakan sebelum atau sesudah ceramah disampaikan pembicara.
Komunikasi publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk.

e)     Komunikasi organisasi

Komunikasi organisasi (organizational communication)terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal, dan juga informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Oleh karena itu, organisasi dapat diartikan sebagai kelompok dari kelompok-kelompok. Komunikasi organisasi sering kali menlibatkan juga komunikasi dadik, komunikasi antarpribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi kebawah, komunikasi keatas dan komunikasi horinzontal, sedangkan komunikasi formal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antarsejawat,juga termasuk selentingan dengan gosip.

f)       Komunikasi massa

Komunikasi massa (mass communication)adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oelh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum,disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khusnya dimedia elektronik)


BAB III

PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI

Seperti Fungsi dan definisi komunikasi, prinsip-prinsip Komunikasi juga diuraikan dengan berbagai cara oleh para pakar-pakar komunikasi. Mereka juga kadang-kadang menggunakan istilah-istilah lain untuk merujuk kepada prinsip-prinsip komunikasi. 

Prinsip-prinsip komunikasi pada dasarnya merupakan penjabaran lebih jauh dari definisi atau hakikat komunikasi :

Prinsip 1 : Komunikasi Adalah Proses Simbolik

Ernst Cassirer mengatakan bahwa keunggulan manusia atas makhluk ainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum.

Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non-verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.

Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi)yang menyerupai apa yang dipresentasikannya.

Indeks adalah tansa yang secara alamiah mempresentasikan objek lainnya. Sinyal (signal) yang dalam bahasa sehari-hari disebut juga gejala (symptom). Indeks muncul berdasarkan antara hubungan sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi. Ekspresi muka lebih tepat disebut indeks atau isyarat alamiah (natural gesture). Lambang mempunyai beberapa sifat :

§  Bersifat sebarang, manasuka, atau sewenang-wenang

Penyebutan terhadap lamabang semata-mata berdasarkan kesepakatan saja. Makanan, dandanan, tempat tinggal,dan pekerjaan merupakan contoh yang bersifat simbolik.

§  Tidak mempunyai makna ; kitalah yang memberi makna pada lambang

Sebenarnya tidak ada hubungan yang alami antara lambang dengan referent (objek yang dirujuknya). Sebagian orang percaya jika angka tertentu membawa keberuntungan atau kesialan, seperti angka 13 yang diyakini akan membawa kesialan dan angka 8 adalah angka baik. Phobia angka 13 disebut trisakadaikophobia. Angka juga bersifat simbolik dan diasosiasikan dengan citra tertentu. Manusia sering lebih mementingkan lambang daripada hakikat yang dilambangkannya. Menurut S.I. Hayakawa, hewan memperebutkan makanan dan kepemimpinan, namun mereka tidak seperti manusia.Manusia yang memperebutkan lambang-lambang demi suatu status social atau pengakuan dari orang lain.

§  Bervariasi

Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dan dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain. Begitu juga makna yang diberikan kepada lambang tersebut karena makna yang diberiakan seseorang atau suatu masyarakat berbeda dari budaya ke budaya. Akan tetapi, makna yang diberikan kepada suatu lambang boleh jadi berubah dalam perjalanan waktu. Misal tahun 1960-an orang berfikir hanya orang kelas atas yang memiliki mobil, tetapi kini orang menengah bawah pun bisa memiliki mobil. Meskipun label BMW, Mercedes Benz dan Volvo masih merupakan lambang kekayaan dan status social, tetapi mobil bukan merupakan status sosial melainkan sebuah kebutuhan.

Jadi berkat kemampuan menggunakan lambang, baik dalam penyandian ataupun penyandian-balik, manusia dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan, bukan hanya antara mereka yang sama-sama hadir, bahkan juga antara mereka yang tinggal berjauhan dan tidak pernah saling bertemu, atau antara pihak-pihak yang berbeda generasi.

Prinsip 2 : Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi

We cannot not communicated, komunikasi terjasi bila seseorang member makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri. Susah sekali untuk tidak melakukan komunikasi karena setiap perilakunya punya potensi untuk ditafsirkan. Misal, diam dapat diartikan tidak mengerti  tetapi bisa juga diartikan setuju oleh orang lain. Karena setiap individu meiliki persepsi yang berbeda terhadap sesuatu yang dinilainya.

Prinsip 3 : Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan

Dimensi isi disandi secara verbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan

Dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi dan bagaimana pesan itu seharusnya ditafsirkan.

Kata yang tidak menyenagkan disertai kualitas suara yang tidak menyenangkan itu disebut sarkasme, sedangkan kata-kata tidak menyenangkan dengan nada menyeangkan disebut lelucon(joke).

Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut.

Marshall McLuhan mengatakan the medium is the message,meskipun pernyataan itu terlalu berebihan (deterministik).

Prinsip 4 : Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan

Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkatan kesengajaan dari yang tidakdisengaja hingga yang benar-benar direncanakan atau disadari. Membatasi komunikasi sebagai proses yang disengaja adalah menganggap komunikasi sebagai instrumen. Dalam berkomunikasi, biasanya kesadaran kita lebih tinggi dalam situasi khusus daripada dalam situasi rutin. Misal bagaimana kita menampilkan ekspresi wajah kita, postur tubuh dan gerak-gerik anggota tubuh yang akan ditampilkannya.

Semua perilaku yang dilakukan oleh para pelaku komunikasi otomatis menyampaikan pesan. Komunikasi telah terjadi bila penafsiran telah berlangsung terlepas dari apakah Anda menyengaja perilaku tersebut atau tidak. Kadang-kadang komunikasi yang disengaja dibuat tampak tidak sengaja oleh sebagian orang. Jadi, niat atau kesengajaan bukanlah syarat mutak bagi seseorang untuk berkomunikasi.

Prinsip 5 : Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu

Makna pesan juga bergantung pada konteks fisisk dan ruang (termasuk iklim, suhu, intensitas cahaya, dan sebagainya), waktu, social,dan psikologis. Kehadiran orang lain, sebagai konteks sosial juga akan mempengaruhi orang-ornag yang berkomunikasi. Pengaruh konteks waktu dan konteks social terlihat pada suatu orang yang tidak pernah tersenyum mendadak menyapa anda dan mentraktir anda makan siang. Suasana psikologis peserta komunikasi tidak pelak mempengaruhi juga suasana komunikasi. Jadi seseorang harus memeilih waktu yang tepat untuk berkomunikasi karena adakalanya waktu yang dia gunakan kurang efektif,malah cenderung merugikan diri sendiri. Misal seorang anak mengeluhkan uang sakunya yang sedikit ketika ayahnya baru pulang dari kantor dan baru saja dimarahin habis-habisan oleh atasannya hari itu.

Prinsip 6 : Komunikasi Melibatkan Predikasi Peserta Komunikasi

Komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya,orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima peasan akan merespons. Prinisip ini dapat diaasumsikan adanya keteraturan pada perilaku komunikasi manusia. Dengan kata lain, perilaku manusia,minimal secara parsial dapat diramalkan. Jika semua perilaku manusia itu bersifat acak, selalu tanpa diduga,maka hidup kita akan sulit.

Prinsip 7 : Komunikasi Bersifat Sistemik

Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a living system). Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transakasi komunikasi itu : Sistem Internal dan Sistem Eksternal.

Sistem Internal : seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap dalam berbagai lingkungan sosialnya. Istilah lainnya yang identik dengan sistem internal ini adalah kerangka rujukan (frame of reference), bidang pengalaman (field of experience), struktur kognitif (congnitive structure), pola pikir (thinking patterns), keadaan internal (internal states), atau sikap (attitude). Intinya, sistem internal ini membentuk individu yang unik.

Sistem Eksternal : terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan diluar individu. Tetapi karena setiap individu mempunyai sistem internal yang berbeda, maka setiap orang tidak akan memiliki bidang perseptual yang sama.

Maka komunikasi adalah produk dari perpaduan antara sistem internal dan sistem eksternal tersebut. Lingkungan dan objek mempengaruhi komunikasi kita, namun persepsi kita atas lingkungan kita juga mempengaruhi cara kita berperilaku. Lingkungan dimana para peserta komunikasi itu berada merupakan bagian dari suatu sistem lain yang lebih besar. Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip nomor 5 tadi.

Prinsip 8 : Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-budaya Semakin Efektiflah Komunikasi

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya. Kesamaan dalam hal-hal tertentuakan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif. Makna suatu pesan, baik verbal maupun nonverbal, pada dasarnya terikat budaya.

Prinsip 9 : Komunikasi Bersifat Nonsekuensial

Sebenarnya komunikasi bersifat dua arah. Misal dalam rapat sebetulnya komunikasi itu berjalan dua arah, karena orang-orang yang kita anggap sebagai pendengar atau penerima pesan sebenarnya juga menjadi “pembicara” atau pemberi pesan pada saat yang sama, yaitu lewat perilaku nonverbal mereka.

Beberapa pakar komunikasi mengakui sifat sirkuler atau dua arah komunikasi, missal Frank Dance, Kincaid dan Schramm yang mereka sebut model komunikasi antar manusia yang memusat,dan Tubbs yang menggunakan komunikator 1 dan komunikator 2 untuk kedua pihak yang berkomunikasi tersebut.

Komunikasi sirkuler ditandai dengan :

§  Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara (mereka mengirim dan menerima pesan pada saat yang sama)

§  Proses komunikasi berjalan timbal balik (dua arah), tidak lagi ditandai dengan suatu garis lurus bersifat linier (satu arah).

§  Dalam praktiknya, kita tidak lagi membedakan pesan dengan umpan balik.

§  Komunikasi yang terjadi sebenarrnya jauh lebih rumit. Sebenarnya secara simultan melibatkan komunikasi dengan diri sendiri (berpikir) sebagai mekanisme untuk menanggapi pihak lainnya.

Meskipun sifat sirkuler, unsur-unsur proses komunikasi sebenarnya tidak terpola secara kaku. Unsur-unsur tersebut tidak berada dalam suatu tatanan yang bersifat linier, sirkuler, helical atau tatanan lainnya. Oleh karena itu sifat nonsekuensial aih-alih sirkuler tampaknya lebih tepat digunakan untuk menandai proses komunikasi.

Prinsip 10: Komunikasi Bersifat Prosesua, Dinamis, dan Transaksional

Komunikasi merupakan proses yang sinambung (continuous). Komunikasi sebagai proses dapat dianalogikan dengan pernyataan Heraclitus enam abad sebelum Masehi bahwa “Seseorang menusia tidak akan pernah melangkah di sungai yang sama dua kali” Pada saat yang kedua itu bukanlah fenomena yang sama.

Fakta bahwa kata-kata tidak berubah dalam perjalanan waktu setting membutakan kita terhadap fakta bahwa realitas sudah berubah. Dunia berubah lebih cepat dari kata-kata. Jadi dalam kehidupan manusia, tidak pernah saat yang sama datang dua kali. Komunikasi terjadi sekali waktu dan kemudian menjadi bagian dari sejarah kita.

Dalam proses komunikasi itu, para peserta komunikasi saling mempengaruhi, seberapa kecil pun pengaruh itu, baik lewat komunikasi verbal ataupun lewat komunikasi nonverbal. Para peserta komunikasi saling berhubungan sehingga kita tidak dapat mempertimbangkan salah satu tanpa mempertimbangkan yang lainnya.

Semua model komunikasi sebenarnya merupakan “pemotretan” atas gambaran diam dari proses tersebut.

Implisit dari komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah (dari sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya).

Implisit dalam proses komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses penyandian (encoding) dan penyandian balik (decoding). Meskipun secara teoretis dapat dipisahkan, sebernarnya terjadi serempak, bukan bergantian.

Pandangan dinamis dan transaksional memberi penekanan bahwa Anda mengalami perubahan sebagai hasil terjadinya komunikasi.

Jadi, prespektif transaksional member penekanan pada dua sifat peristiwa komunikasi, yaitu serentak dan saling mempengaruhi.

Prinsip 11 : Komunikasi bersifat Irreversible

Suatu perilaku adalah suatu peristiwa. Oleh karena merupakan peristiwa, perilaku berlangsung dalam waktu dan tidak dapat “diambil kembali”. Orang Inggris punya ungkapan “To forgive but not to forget” (kita bisa memaafkan kesalahan orang lain, tetapi takkan dating melupakannya). Sifat iireversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Seyogyanya ini menyadarkan bahwa kita harus berhati-hati untuk menyampaikan pesan orang lain. Curtis et al,mengatakan bahwa kesan pertamaitu cenderung abadi.

Prinsip 12 : Komunikasi Bukan Panasea untuk Menyelesaikan Berbagai masalah

Banyak persoalan dan konflik antarmanusia disebabkan oleh masalah komunikasi, tetapi komunikasi bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik tersebut.

Mungkin persoalan dan konflik tersebut berkaitan dengan masalah struktural. Agar komunikasi itu efektif maka kendala struktural harus juga dapat diatasi. Komunikasi yang efektif tidak akan terjadi jika ada kesenjangan ekonomi dan diskriminasi.



BAB IV

MODEL-MODEL KOMUNIKASI


Model komunikasi kurang lebih adalah replica, kebanyakan sebagai model diagramatik dari dunia nyata. Komunikasi bersifat dinamis sehingga komunikasi sulit dimodelkan.

1.   Model S-R : Stimulus respons

Model ini menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi-reaksi yang sangat sederhana. Ringkasannya, komunikasi dianggap statis, manusia dianggap berperilaku karena kekuatan dari luar (stimulus), bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila diterapkan pada system pengendalian suhu udara alih-alih pada perilaku manusia.

2.   Model Aristoteles

Model Aristoteles adalah model komunikasi paling klasik, yang sering juga disebut model retoris (rhetorical) atau komunikasi public ada tiga unsur dasar dalam proses komunikasi, yaitu :

§  Pembicara (Speaker)

§  Pesan (message)

§  Pendengar (listener)

Menurut Aristoteles persuasi dapat dicapai oleh siapa Anda (etos –kepercayaan Anda) argument Anda (logos-logika dalam pendapat Anda), dan dengan memainkan emosi khalayak (pathos-emosi khalayak).,factor-faktor yang memainkan peran dalam menentukan efek persuasive suatu pidato meliputi isi pidato, susunannya, dan cara penyampaiannya.

Kelemahan model ini adalah :

§  Komunikasi dianggap sebgai fenomena yang statis. Seseorang berbicara pesannya berjalan kepada khalayak, khalayak yang mendengarkan

§  Tidak dibahasnya aspek-aspek non verbal dalam persuasi.

3.   Model Lasswell

Model komunikasi Lasswell berupa ungkapan verbal, yaitu :

§  Who, digunakan untuk menjawab mengenai pengendalian pesan

§  Says what, digunakan sebagai bahan analisis isi

§  In which channel, digunakan sebagai analisis media

§  To whom, digunakan sebagai analisis khalayak

§  With what effect, menjelaskan hubungan yang ditimbulkan pesan komunikasi massa pada khalayak, pembaca, pendengar dan pemirsa.

Model ini dikemukakan Harold Lasswell tahun 1948.Lasswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi, yaitu : pertama, pengawasan lingkungan yang mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluang dalam lingkungan; kedua, korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespons lingkungan, dan ketiga, transmisi warisan social dari suatu generasi ke generasi, lainnya.

Lasswell mengakui bahwa tidak semua komunikasi bersifat dua arah, dengan suatu aliran yang lancar dan umpan balik yang terjadi antara pengirim dan penerima.Menurut Lasswell, suatu fungsi penting komunikasi adalah menyediakan informasi mengenai Negara-negara kuat lainnya di dunia.

Model Lasswell dikritik karena model itu tampaknya mengisyaratkan kehadiran komunikator dan pesan yang bertujuan. Model itu juga dianggap terlalu menyederhanakan masalah.

4.   Model Shannon dan Weaver

Model awal komunikasi dikemukakan Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949 dalam buku The Mathematical Theory of Communication. Model yang sering disebut model matematis atau model teori informasi itu mungkin adalah model yang pengaruhnya paling kuat atas model dan teori komunikasi lainnya.

Model Shannon dan Weaver ini menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatannya.model Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang mengirimkan sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima (receiver). Dalam percakapan, sumber informasi ini adalah otak, transmitternya adalah mekanisme suara yang menghasilkan sinyal (kata-kata terucapkan), yang ditransmisikan lewat udara (sebagai saluran). Peneima (receiver) yakni mekanisme pendengaran, melalukan operasi sebaliknya yang dilakukan transmitter dengan merekonstruksi pesan dari sinyal. Sasaran (destination) adalah (otak) orang yang menjadi tujuan pesan itu.

Suatu konsep penting dalam model Shannon dan Weaver ini adalah gangguan (noise) yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat menganggu kecermatan pesan yang disampaikan.

Ahli-ahli komunikasi memperkuat konsep ini pada gangguan psikologis dan gangguan fisik. Gangguan psikologis meliputi gangguan yang memasuki pikiran dan perasaan seseorang yang mengganggu penerimaan pesan yang akurat. Contoh gangguan paling jelas adalah melamun.

Konsep-konsep lain yang merupakan andil Shannon dengan Weaver adalah enstropi (entropy) dan redundansi (redundancy) serta keseimbangan yang diperlukan diantara keduanya untuk menghasilkan komunikasi yang efisien dan pada saat yang sama mengatasi gangguan dalam saluran.

Model Shannon dan Weaver dapat diterapkan kepada konteks-konteks komunikasi lainnya seperti komunikasi antarpribadi, komunikasi public atau komunikasi massa. Kelemahan model Shannon dan Weaver adalah :

§  Memberikan gambaran parsial

§  Komunikasi dipandang sebagai fenomena statis dan satu arah

§  Tidak ada konsep umpan balik

5.   Model Schramm (1954)

Model pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver. Dalam modelnya yang kedua Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaranlah yang sebenarnya dikomunikasikan karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran. Model ketiga Schramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyandi-balik, menstransmisikan, dan menerima sinyal.

Schramm berpendapat, meskipun dalam komunikasi lewat radio atau telepon encoder dapat berupa mikrofon dan decoder adalah ear phone, dalam komunikasi manusia, sumber dan encoder adalah satu orang, sedangkan decoder dan sasaran adalah seorang lainnya, dan sinyalnya adalah bahasa. Untuk menuntaskan suatu tindakan komunikasi (communication act), suatu pesan harus disandi-balik.

6.   Model Newcomb

Theodore Newcomb (1953) memandang komunikasi dari perspektif psikologi-sosial. Modelnya mengingatkan kita akan diagram jaringan kelompok yang dibuat oleh para psikolog social dan merupakan formulasi awal mengenai konsistensi kognitif.

Dalam model Newcomb, komunikasi adalah cara lazim  dan efektif yang memungkinkan orang-orang mengorientasikan diri terhadap lingkungan mereka. Ini adalah suatu model tindakan komunikatif dua orang yang disengaja (intensional). Model ini mengisyaratkan bahwa setiap system apa pun mungkin ditandai oleh keseimbangan kekuatan dan bahwa setiap perubahan dalam bagian mana pun dari system tesebut akan menimbulkan ketegangan terhadap keseimbangan atau simetri, karena ketidakseimbangan atau kekurangan simetri secara psikologis tidak menyenangkan dan menimbulkan tekanan internal untuk memulihkan keseimbangan.

7.   Model Wesley dan Maclean

Tahun 1957, Bruce Westley dan Malcolm Maclean, keduanya teoretikus komunikasi, merumuskan suatu model yang mencakup komunikasi antar pribadi dan komunikasi massa, dan memasukkan umpan balik sebagai bagian integral dari proses komunikasi.

Menurut kedua pakar ini, perbedaan dalam umpan balik inilah yang membedakan komunkasi antar pribadi dengan komunikasi massa. Umpan balik dari penerima bersifat segera dalam komunikasi antar pribadi, sementara dalam komunikasi massa bersifat minimal dan atau tertunda. Sumber dalam komunikasi antar pribadi lebih beruntung daripada dalam komunikasi massa dalam arti bahwa komunikasi antar pribadi sumber dapat langsung memanfaatkan umpan balik dari penerima untuk mengetahui apakah pesannya mencapai sasaran dan sesuai dengan tujuan komunikasinya atau tidak.

Model Westley dan Maclean mencakup beberapa konsep penting umpan balik perbedaan dan kemiripan komunikasi antar pribadi dengan komunikasi massa, dan pemimpin pendapat yang penting sebagai unsur tambahan dalam komunikasi massa. Model ini juga membedakan pesan yagn bertujuan (purposif) dngan pesan yang tidak bertujuan (nonpurposif). Pesan yang bertujuan adalah pesan yang dikirimkan sumber untuk mengubah citra penerima mengenai sesuatu dalam lingkungan.

Dalam model Westley dan Maclean terdapat lima unsur yaitu objek Orrientasi, pesan, sumber, penerima dan umpan balik Westley dan Maclean tidak membatasi model mereka pada tingkat individu bahkan model ini menekankan bahwa penerima mungkin suatu kelompok atau lembara social.

Anda mengirimkan pesan yang purposif. Pesan yang nonpurposif adalah pesan yang diikirimkan sumber kepada penerima secara langsung atau melalui penjaga gerbang namun tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi penerima.

8.   Model Gerbner

Model Gerbner (1956) merupakan perluasan dari model Laswell, model ini terdiri dari model verbal dan model diagramatik. Model verbal Gerbner adalah sebagai berikut :

a.    Seseorang (sumber, komunikasi)

b.    Mempersepsi suatu kejadian

c.     Dan bereaksi

d.    Dalam suatu situasi

e.    Melalui suatu alat (saluran, media, rekayasa fisik, fasilitas, administrative dan kelembagaan untuk distribusi dan kontrol)

f.      Untuk menyediakan materi

g.    Dalam suatu bentuk

h.    Yang mengandung isi

i.      Yang mempunyai suatu konsekuensi

9.   Model Diagramtk

a.    Seseoang diperlihatkan sebagai M yang berarti manusia (man) atau sebagai M bila urutan komunikasinya melibatkan alat mekanis. M mungkin pengirim atau penerima pesan-pesannya dimaknai berdasarkan letaknya dalam urutan komunikasi.

b.    E’ adalah kejadian (event) sebagaimana dipersepsi oleh M

c.     S/E adalah pernyataan mengenai peristiwa

d.    SSE adalah sinyal mengenai pernyataan mengenai kejadian

e.    SSSE adalah jasil yang dikomunikasikan

Jadi model Gerbner menunjukkan bahwa seseorang mempersepsi suatu kejadian dan mengirimkan pesan kepada suatu transmitter yang pada gilingannya mengirimkan sinyak kepada penerima (receiver) dalam transmisi itu sinyal menghadapi gangguan dan muncul sebagai SSSE bagi sasaran (destination)

10.  Model Berlo

Model David K. Berlo, yang di kemukakan pada tahun 1960. Model ini dikenal dengan model SMCR, kepanjangan dari Source (sumber), Message (pesan), Channel (saluran), dan Recceiver (penerima).sumber adalah pihak yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan ke dalam kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat, saluran adalah medium yang membawa pesan; dan penerima adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi

Berlo juga menggambarkan kebutuhan penyandi (encoder) dan penandi-balik (decoder) dalam proses komunikasi. Enkoder bertanggung jawab menggekpresikan maksud sumber dalam bentuk pesan. Dalam situasi tatap-muka, fungsi penyandian dilakukan lewat mekanisme vokal dan sistem otot sumber yang menghasilkan pesan verbal dan nonverbal.

Menurut model Berlo, sumber dan penerima pesan dipengaruhi oleh faktor-faktor: ketermapilan komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Pesan dikembangkan berdasarkan elemen, struktur, isi, perlakuan, dan kode.

Kelebihan model Berlo adalah bahwa model ini tidak terbatas pada komunikasi publik atau komunikasi massa, namun juga komunikasi antarpribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model Berlo juga bersifat heuristik (merangsang penelitian), karena merinci unsur-unsur yang penting dalam proses komunikasi. Kelemahan Model Berlo umpan balik yang diterima pembicara dari khalayak tidak dimasukkan dalam model grafik-nya, dan komunikasi non verbal tidak dianggap penting dalam mempengaruhi orang lain.

Perbedaan model Berlo dengan model Shannon dan Weaver terletak pada definisi mengenai penerima(receiver). Dalam model Berlo, yang dimaksud receiver  adalah penerima pesan, yakni orang atau orang-orang (dalam komunikasi tatap muka) atau khalayak pembaca, pendengar atau penonton (dalam komunikasi massa). Sedangkan dalam model Shannon dan Weaver yang dimaksud dengan receiver identik dengan decoder dalam model Schramm, yakni mekanisme pendengaran dalam komunikasi langsung, atau perangkat penerima pesan, seperti pesawat telepon pesawat radio atau pesawat televisi, yang menyalurkan pesan tersebut kepada sasaran (destination) dalam komunikasi tidak langsung.

11.  Model DeFleur

Model Melvin L. DeFleur, seperti model Westley dan Maclean, menggambarkan model komunikasi massa ketimbang komunikasi antar pribadi. Seperti diakui DeFleur, modelnya merupakan perlu alas an dari model-model yang dikemukakan para ahli lain, khususnya Shannon dan Weaver, dengan memasukkan perangkat media massa (mass medium device) dan perangkat umpan balik (feedback device). Ia menggambarkan sumber (source), pemancar (transmit-center), penerima (receiver), dan sasaran (destination) sebagai fase-fase terpisah dalam proses komunikasi massa.

Fungsi receiver dalam model DeFleur adalah menerima informasi dan menyandi-baliknya-mengubah peristiwa fisik informasi menjadi pesan (sistem simbol yang signifikan).

Menurut DeFleur komunikasi bukanlah pemindahan makna Alih-alih, komunikasi terjadi lewat operasi seperangkat komponen dalam suatu sistem teoretis, yang konsekuensinya adalah isomon fisme (isomorphism) di antara respons internal (makna) terhadap seperangkat simbol tertentu pada pihak pengirim dan penerima. Isomorfisme makna merujuk pada upaya membuat makna terkoordinasikan antara pengirim dan khalayak.

12.  Model Tubbs

Model komunikasi berikut dikembangkan oleh stewart L. Tubbs. Model ini menggambarkan komunikasi paling mendasar yaitu komunikasi dua orang (diadik).

Komunikasi dapat saja “di mulai” oleh komunikator 1 ataupun komunikator 2. Komuinikasi kita sehari-hari sebenarnya nyaris tanpa struktur sehingga kedua peran tersebut (komunikator) dan komunikator 2, hampir bertumpah tindih.

Komunikasi bersifat irreversible artinya kita tidak dapat lagi berada dalam posisi semula (baik dalam pengetahuan, pengalaman, ataupun sikap) sebelum suatu pesan menerpa kita.

Model komunikasi Tubbs melukiskan, baik komunikator 1 atau komunikator 2 terus menerus memperoleh masukan, yakni ransangan yang berasal dari dalam ataupun dari luar dirinya, yang sudah berlalu ataupun yang sedang berlangsung, juga semua pengalamannya dalam dan pengetahuannya mengenai dunia fisik dan sosial yang mereka peroleh lewat indera mereka.

Pesan dalam model Tubbs dapat berupa pesan verbal, juga nonverbal, bisa disengaja ataupun tidak disengaja. Salurannya adalah alat indra, terutama pendengaran, penglihatan dan perabaan.

13.  Model  Gdykunst dan Kim

Model William B. Gudykuns dan Young Yun Kim sebenarnya merupakan model komunikasi antar budaya, yakni komunikasi antara orang-orang yang berasal dari budaya berlainan, atau komunikasi dengan orang asing (stranger).

Seperti model Tubbs, model Gudykuin dan Kim mengasumsikan dua orang yang setara dalam berkomunikasi, masing-masing sebagai pengirim dan sekaligus sebagai penerima, atau keduanya sekaligus melakukan penyandian (encording) dan penyandian-balik (decording).

Menurut Gudykunst dan Kim, penyandian pesan dan penyandian-balik pesan merupakan proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter-filter konseptual yang dikategorikan menjadi faktor-faktor budaya, sosiobudaya, psikobudaya dan faktor lingkungan.

14.  Model Interaksional

Model interaksional merujuk pada model komunikasi yang dikembangkan oleh para ilmuwan sosial yang menggunakan perspektif interaksi simbolik, dengan tokoh utamanya George Herbert Mead yang salah seorang muridna adalah Herbert Blumer.

Model interaksional sebenarnya sangat sulit untuk digambarkan dalam model diagramatik, karena karakternya yang kualitatif, nonsistemik, dan nonlinier. Model verbal lebih sesuai digunakan untuk melikiskan model ini. Model transaksional tidak mengklasifikasikan fenomena komunikasi menjadi berbagai unsur atau fase seperti yang dijelaskan dalam model-model komunikasi yang linier atau mekanistik. Alih-alih, komunikasi digambarkan sebagai pembentukan makna (penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain) oleh para peserta komunikasi (komunikator). Beberapa konsep penting yang digunakan adalah : diri (self), diri yang lain (other), simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.

Dalam konteks ini, Blumer mengemukakan tiga premis yang menjadi dasar model ini. Pertama, manusia beritndak berdasarkan makna yang diberikan individu terhadap lingkungan sosialnya (simbol verbal, simbol nonverbal, lingkungan fisik). Kedua, makna berhubungan langsung dengan interkasi sosial yang dilakukan individu dengan lingkungan sosialnya. Ketiga, makna diciptakan, dipertahankan, dan diubah lewat proses penafsiran yang dilakukan individu dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya.


BAB V

PERSEPSI: INTI KOMUNIKASI


Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain persepsi adalah cara kita mengubah energi – energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna. Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu,semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Persepsi meliputi :

  • Penginderaan ( sensasi ), melalui alat – alat indra kita ( indra perasa, indra peraba, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar ). Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Semua indra itu mempunyai andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia.penglihatan menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk diinterprestasikan. Pendengaran juga menyampaikan pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Penciuman, sentuhan dan pengecapan, terkadang memainkan peranan penting dalam komunikasi, seperti bau parfum yang menyengat, jabatan tangan yang kuat, dan rasa air garam dipantai.
  • Atensi atau perhatian adalah, pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan dan, proses kognitif lainnya.Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu. Atensi dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar.
  • Interpretasi adalah, proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol- simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan).

Budaya dan Persepsi

Faktor–faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideologi, tingkat ekonomi, pekerjaan, dan cita rasa sebagai faktor–faktor internal jelas mempengaruhi persepsi seseorang terhadap realitas. Denagn demikian persepsi itu terkait oleh budaya (culture-bound). Kelompok–kelompok budaya boleh jadi berbeda dalam mempersepsikan sesuatu. Orang Jepang berpandangan bahwa kegemaran berbicara adalah kedangkalan, sedangkan orang Amerika berpandangan bahwa mengutarakan pendapat secara terbuka adalah hal yang baik.

Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mengemukakan 6 unsur budaya yang secara langsung mempegaruhi persepsi kita ketika kita berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, yakni :

  • kepercayaan (beliefs), nilai ( values ), sikap ( attitude )
  • pandangan dunia ( world view )
  • organisasi sosial ( sozial organization )
  • tabiat manusia ( human nature )
  • orientasi kegiatan ( activity orientation )
  • persepsi tentang diri dan orang lain ( perseption of self and other )

Persepsi selektif, organisasi, dan penafsiran

Setiap orang memperhatikan , mengorganisasikan dan menafsirkan semua pengalamannya secara selektif. Stimuli secara secara selektif artinya, stimuli di urutkan, dan selanjutnya, disajikan sebuah gambaran yang menyeluruh, lengkap, dan dapat di indera. Tidak mudah memahami cara orang lain mengorganisasikan sekaligus memikirkan cara kita sendiri. Setelah stimuli dipersepsi dan diorganisasikan secara selektif, selanjutnya stimuli ditafsirkan secara selektif pula, artinya stimuli diberi makna secara unik oleh orang yang menerimanya.

Pengamat / objek / konteks

Seperti mempersepsi benda mempersepsi orang lain juga dapat ditinjau dari 3 unsur yaitu :

  • pengamat
  • objek persepsi
  • konteks yang berkaitan denagn objek yang diamati

Sebagai pengamat anda juga dipengaruhi oleh atribu –atribut anda sendiri. Misalnya orang cenderung membuat penilaian umum, positif ataupun negatif. Namun, karena persepsi personal merupakan proses tradisional, maka atribut – atribut tersebut dapat berubah. Sesekali kesalahan persepsi dapat diperbaiki. Namun, biasanya suatu kesalahan persepsi diikuti kesalahan persepsi lainnya. Sehingga, penyimpangan yang terjadi semakin parah.

Kegagalan dan kekeliruan dalam persepsi

Persepsi kita seringkali tidak cermat. Salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Kita mempersepsikan sesuatu atau seseorang sesuai dengan pengharapan kita. Beberpa bentuk dan kegagalan persepsi adalah sebagai berikut :

  • Kesalahan atribusi : atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain.
  • Efek halo : merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat- sifatnya yang spesifik.
  • Stereotip : adalah mengeneralisasikan orang – orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok.
  • Prasangka : suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda. Istilah ini berasal dari bahasa latin ( praejudicium ), yang berarti preseden atau penilaian berdasarkan pengalaman terdahulu.
  • Gegar budaya : suatu bentuk ketidak mampuan menyesuaikan diri, yang merupakan reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang –orang baru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PAK Dalam Perjanjian Lama

Menjadi sebuah hal yang menarik adalah ketika muncul sebuah pertanyaan, seberapa pentingkah Perjanjian Lama dalam ruang lingkup Pendidikan Agama Kristen (PAK)? Mungkin pertanyaan ini kita anggap sambil lalu, atau tidak terlalu penting, atau memang kita belum mengetahuinya. Mungkin ada yang mengatakan bahwa Perjanjian Lama (PL) tidak terlalu penting karena PL sudah berlalu dan sudah digenapi oleh Perjanjian Baru (PB), atau PB telah menjelaskan tentang pendidikan kekristenan. Apabila kita mempelajari dengan baik, Yesus Kristus menggunakan PL dalam mengajar di pelayanan-Nya (Mat.5:21-22; 22:39)? Para murid Yesus juga menggunakan PL dalam pelayanan (pemberitaan Injil)? Ternyata PL menjadi hal penting dalam membangun konsep dan pelaksanaan PAK. Pada topik ini, saya tidak menggunakan kata “PAK dalam Perjanjian Lama”, tetapi saya lebih menggunakan kata “PL dalam PAK”. Ya, karena bukan PAK yang ada dalam Perjanjian Lama, tetapi Perjanjian Lama-lah yang ada dalam PAK. Dengan kata lain, hal yan

SEJARAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

BAB I .  DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PADA MASA KUNO Gereja purba bukanlah penemu pendidikan agama, adalah lebih tepat untuk mengatakan bahwa gereja adalah hasil pendidikan itu. Pendidikan khususnya sejak awal sama dengan pikiran dan prakteknnya selama masa Abad Pertengahan berakar baik dalam Kebudayaan – Yunani - Romawi maupu Yahudi. Dari yang pertama itu yaitu melalui pendekatan Sokrates, misalnya, para pendidik Kristen belajar bagaimana menjernihkan pemikiran melalui seri pertanyaan yang semakin mendalam. Kemudian, pikiran salah seorang muridnya yang bernama Plato dimanfaatkan para pemimpin Kristen untuk menyoroti intisari pendidikan sebagai proses mengantar orang untuk meninggalkan perasaan aman mereka yang berporos dunia bayang-bayang agar bertindak sesuai dengan dunia nyata. Jadi sebagian pendidikan berarti memeriksa kembali pandangan yang lazimnya ditolaknya kalau memang data baru itu menuntut berbuat demikian. Murid Plato paling termasyur yang b

SOAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SD YPK ELIDA MEDAN

KELAS : I Pilihan Ganda! 1. Manusia adalah ciptaan ... a. Presiden b. Tuhan c. Hewan 2. Untuk menerangi bumi, Tuhan menciptakan … a. Matahari b. Bola lampu c. Lilin 3. Pada mulanya, Allah menciptakan … a. Bulan b. Langit dan Bumi c. Matahari 4. Menyayangi tanaman dan hewan adalah ucapan syukur kita terhadap ciptaan … a. Manusia b. Hewan c. Tuhan 5. Manusia pertama yang diciptakan Tuhan adalah … a. Kain b. Adam c. Habel Isian! 1. Allah menciptakan langit dan bumi dan segala … 2. Allah menciptakan dari yang tidak ada menjadi … 3. Ikan adalah ciptaan Tuhan yang hidup di … 1. Manusia Tidak Dapat Hidup Sendiri, Tetapi Membutuhkan … a. Orang Lain b. Senjata c. Mesin 2. Di Sekolah Kita Harus Mempunyai Banyak … a. Teman b. Musuh c. Adik 3. Setiap Orang Yang Menderita Harus … a. Ditolong b. Dibiarkan c. Dimusuhi 4. Dalam Alkitab Daud Bersahabat Adalah Dengan … a. Samuel b. Yonatan c. Natanael 5. Ayah Yonatan A